MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA
"TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF "
BABI
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
“Pengetahuan
itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang
sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran
antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran
dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm.
110.
Teori
Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang
dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan
masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan
cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi
tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses
dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan
akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi. Piaget juga memberikan proses
pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman
fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri- ciri dari
obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui
reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit
dan operasai formal dibangun dengan jalan logis matematis.
Sumbangan
bagi praktek pendidikan untuk karya-karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi
pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir
logis dan pelajaran-pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
B.Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan
masalah sebagai berikut:
1.Siapakah
itu Piaget?
2.Apa
konsep yang dikemukakan oleh Piaget?
3.Bagaimana
implikasi teori Piaget dalam pembelajaran ?
4.Sebutkan
ayat atau hadits yang berkaitan dengan teori Piaget?
C.Tujuan
Setelah
dirumuskan masalah tersebut maka pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1.Mengetahui
biografi Piaget
2.Mengetahui
konsep dari Piaget
3.Mengetahui
implikasi dari Piaget
4.Mengetahui ayat atau hadits yang berhubungan
dengan teori piaget
BAB II
PEMBAHASAN
A.Biografi
Piaget
Jean
Piaget dilahirkan di Neuchâtel, Swiss, pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya
bernama Arthur Piaget, dia adalah seorang profesor sastra Abad Pertengahan
dengan bunga lokal dalam sejarah dan ibunya, Rebecca Jackson, cerdas dan
energik, tapi Jean ditemukan padanya sedikit neurotic-kesan bahwa ia berkata
memimpin berminat pada psikologi, namun jauh dari patologi. Anak tertua, dia
cukup mandiri dan menaruh minat awal di alam, terutama mengumpulkan kerang.
Dia
mulai menerbitkan dengan sungguh-sungguh di sekolah tinggi tentang topik
favoritnya, moluska.. Dia sangat senang untuk mendapatkan pekerjaan paruh waktu
dengan direktur Nuechâtel’s Museum Sejarah Alam, Mr Godel pekerjaan-Nya jadi
terkenal di kalangan mahasiswa Eropa moluska, yang beranggapan ia dewasa! Semua
ini pengalaman awal dengan ilmu pengetahuan terus dia pergi, katanya, dari
“iblis filsafat.”
Kemudian
pada masa remaja, ia menghadapi sedikit krisis iman: Didorong oleh ibunya untuk
menghadiri pelajaran agama, ia menemukan argumen keagamaan kekanak-kanakan.
Belajar berbagai filsuf dan aplikasi logika, ia mendedikasikan dirinya untuk
menemukan penjelasan biologis “pengetahuan.” Pada akhirnya, filosofi gagal
untuk membantunya dalam pencariannya, jadi ia berpaling ke psikologi.
Setelah
SMA, ia melanjutkan ke Universitas Neuchâtel. Terus menerus belajar dan
menulis, ia menjadi sakit-sakitan, dan harus pensiun ke pegunungan selama
setahun untuk memulihkan diri. Ketika ia kembali ke Neuchâtel, ia memutuskan
akan menuliskan filsafatnya. Poin mendasar menjadi inti untuk kehidupan seluruh
karyanya: “Dalam semua bidang kehidupan (organik, mental, sosial) terdapat
‘kualitatif berbeda totalities’ dari bagian mereka dan memaksa mereka sebuah
organisasi.” bentuk Prinsip ini dasar nya filsafat strukturalis, karena akan
untuk Gestaltists, teori, Sistem, dan banyak lainnya.
Pada
tahun 1918, Jean Piaget menerima gelar Doktor dalam Ilmu dari Universitas
Neuchâtel.. Dia bekerja selama setahun psikologi di laboratorium di Zurich dan
terkenal psikiatri Bleuler di klinik Selama periode ini, ia diperkenalkan pada
karya-karya Freud, Jung, dan lain-lain. Pada 1919, ia mengajar psikologi dan
filsafat di Sorbonne di Paris.. Di sini ia bertemu Simon (dari-Binet Simon
terkenal) dan melakukan penelitian intelijen untuk menguji Dia tidak peduli
untuk hak-atau-salah “gaya” dari cerdas tes dan mulai mewawancarai subyek di
sebuah sekolah anak laki-laki bukan, dengan menggunakan teknik wawancara
psikiatri yang ia pelajari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, ia mulai
bertanya bagaimana anak-anak beralasan.
Pada
tahun 1921, artikel pertamanya tentang psikologi kecerdasan diterbitkan dalam
Journal de penghibur.. Pada tahun yang sama, ia menerima posisi di Institut JJ
Rousseau di Geneva Di sini ia mulai dengan murid-muridnya untuk penelitian
penalaran anak SD menjadi ini. Penelitian pertama lima buku-buku psikologi
anak. Meskipun ia menganggap sifatnya ini bekerja sangat awal, ia terkejut oleh
publik reaksi positif yang kuat bekerja. Jean Piaget
Pada
tahun 1923, ia menikah dengan salah satu rekan kerja muridnya, Valentine
Châtenay;. Pada tahun 1925 pertama mereka, anak perempuan lahir pada tahun
1927, putri kedua mereka lahir, dan pada tahun 1931, hanya anak mereka lahir.
Mereka segera menjadi fokus pengamatan intens oleh Piaget dan istrinya.
Penelitian ini menjadi tiga buku!
Pada
1929, Jean Piaget mulai bekerja sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional,
mengirim dia akan terus sampai 1967. Ia juga memulai riset skala besar dengan
A. Szeminska, E. Meyer, dan terutama barbel Inhelder, yang akan menjadi
kolaborator utamanya ,. Piaget perlu dicatat, sangat berpengaruh dalam membawa
perempuan ke dalam psikologi eksperimental. Beberapa dari karya ini,
bagaimanapun, tidak akan menjangkau dunia luar Swiss hingga Perang Dunia II
sudah berakhir.
Pada
tahun 1940, Ia menjadi ketua Experimental Psikologi, Direktur laboratorium
psikologi, dan presiden Masyarakat Swiss Psikologi ini. Pada tahun 1942, ia
memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama pendudukan Nazi di
Perancis. kuliah menjadi The Psychology of Intelligence. Pada akhir perang, ia
diangkat sebagai Presiden Komisi Swiss UNESCO.
Juga
selama periode ini, ia menerima sejumlah gelar kehormatan. Ia menerima salah
satu dari Sorbonne pada tahun 1946, University of Brussels dan Universitas
Brasil pada tahun 1949, di atas merupakan salah satu awal dari Harvard pada
tahun 1936. Dan, pada tahun 1949 dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya,
Pengantar Epistemologi Genetika.
Pada
tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne.. Pada tahun 1955, dia menciptakan
International Center for Genetic Epistemologi, di mana ia menjabat sebagai
direktur sisa hidupnya Dan, pada tahun 1956, dia menciptakan Sekolah Ilmu di
Universitas Jenewa.
Dia
terus bekerja pada teori umum tentang struktur dan mengikat pekerjaan psikologis
untuk biologi selama bertahun-tahun lebih banyak. Demikian juga, ia melanjutkan
pelayanan publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss. Menjelang akhir
kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan banyak ratusan artikel. Dia
meninggal di Jenewa, 16 September 1980,, salah satu psikolog yang paling
signifikan abad kedua puluh.
B.
Prinsip Dasar Terori Jean Piaget
Jean
Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang
mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis
(perkembangan jiwa). Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai
adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel
berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai
kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi
pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu :
1.Fisik
Interaksi
antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak
dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2.Kematangan
Kematangan
sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat
secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3.Pengaruh
sosial
Lingkungan
sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif.
4.Proses
pengaturan diri ( ekuilibrasi )
Proses
pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan
tersusun baik.
C.Aspek
Intelegensi Jean Piaget
Menurut
Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1.Struktur (skemata atau schemas)
Struktur
dan organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru
struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia
luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur
kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan mengambil
informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya
serta mentransformasikannya ( Flavell, Miller & Miller )
Dua
hal penting yang harus diingat tentang membangun struktur kognitif :
a.Seorang
terlibat secara aktif dalam membangun proses.
b.Lingkungan
dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembangan struktural.
2.Isi
(content)
Isi
adalah pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yang anak-anak
ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget
melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur dan fungsinya, bila isi
adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” dan “mengapa” ditentukan
oleh kognitif atau intelektual.
3.Fungsi
( fungtion )
Fungsi yaitu suatu proses dimana struktur
kognitif dibangun. Semua organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan
mempunyai fungsi melalui proses organisasi dan adaptasi. Organisasi cenderung
untuk mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian
menjadi satu kesatuan yang penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi
kompleksitas.
Adaptasi
terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :
1.
.Organisme
memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya.
Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia
luar dan mencocokkannya ke dalam struktur yang sudah ada. contoh: manusia
mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yang
mereka makan menjadi bagian dari diri mereka.
2.
Organisme
memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini
disebut akomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri
mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya
mengasimilasi makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan
lambung untuk menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut,
sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari
satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang
individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai
dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
D.
Perkembangan Kognitif
Teori
perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi
dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial
seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek
untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan
untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya. Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan
Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat
invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta
adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh
pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan
uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori
Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses
mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia
mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan
bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang
bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek
seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama
kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan
selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi
melalui 3 proses yang saling
berhubungan, yaitu:
1.Organisasi.
Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan
kedalam system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah system pengetahuan
atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin
akurat.
Contoh:
anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam
objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan
menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam
sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema.
Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk
memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan
reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menarik.
2.Adaptasi.
Adaptasi
merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan
apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah,
yaitu:
a.Asimilasi
Asimilasi
merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi
baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan
melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut
menggabungkan informasi baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang
telah ada.
Contoh
asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi,
kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku.
Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang
diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
b.Akomodasi
Akomodasi
merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang
terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru.
Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi
baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri
seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari
objeknya. Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang
diperlihatkan kedua.
3.
Ekuilibrasi
Ekuilibrasi
yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada
elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur
dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan
lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat
susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas
tertutup (untuk latihan minum dari gelas).
Ketika
bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah
yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si
bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan
hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia
miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi
bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
E.Tahap-tahap
Perkembangan Kognitif
Menurut
Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh
lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk
berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru
dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara
berfikir yang khas/berbeda.
Tahapan
perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1.Tahap Sensori Motor.
Tahap
ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan
berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan
gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan
siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensori
motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
a.Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia
0-1 bulan)
Refleks
yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis
menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber
rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya
disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
b.Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4
bulan)
Reaksi
ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha
mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi
mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan
fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
c.Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia
4-10 bulan)
Reaksi
sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi
sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan
menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
d.Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder
(Usia 10-12 bulan)
Pada
periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk
mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak
mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent
mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar
mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh
tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu
sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba,
Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari
jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil
mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2).
Memeluk kotak mainan.
e.Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia
12-18 bulan)
Pada
periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada
periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk
mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan
meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa
kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang
dihasilkan oleh tindakannya.
f.Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24
bulan)
Pada
periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6
bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada
akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam
mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.
2.Tahap
Pemikiran Pra-Operasional
Tahap
ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut
Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia,
namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”,
yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak
melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan
tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan
simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala
berikut:
a.Imitasi
tidak langsung
Anak
mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu
sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh:
anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah
hasil imitasi.
b.Permainan
Simbolis
Sifat
permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang
pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya,
seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
c.Menggambar
Pada
tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental.
Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak
yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha
anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar
sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d.Gambaran
Mental
Merupakan
penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran
mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan
yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia
amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan
hitam.
e.Bahasa
Ucapan
Anak
menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui
bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada
orang lain.
3.Tahap
Operasi berfikir Kongkret
Tahap
ini berada pada rentang usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan
perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis.
Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan
ini adalah:
a.Pengurutan
Yaitu
kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b.Klasifikasi
Kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).
c.Decentering
Anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d.Reversibility
Anak
mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.Konservasi
Memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f.Penghilangan
sifat Egosentrisme
Kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di
dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Baim.
4.Tahap
Operasi berfikir Formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.
Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada
tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu
bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh:
ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah
seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan
berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari
satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir
formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu
mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dan lain-lain.
Seorang
remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat
bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang
kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan
kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat
pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
F.Pendapat
Piaget Tenatang Pendidikan
Menurut
Piaget, pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif
pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur yang sama cenderung memiliki
kognitif yang sama, tetapi adalah mungkin bagi mereka memiliki sturktur
kognitif yang berbeda dan karenanya membutuhkan materi belajar yang berbeda
pula. Di satu sisi, materi pendidikan yang tidak bisa diasimilasikan ke
struktur kognitif anak tidak akan bermakna bagi si anak. Jika di sisi lain,
materi bisa diasimilasi secara komplet, tidak akan ada proses belajar yang
terjadi. Agar belajar tejadi, materi perlu sebagian sudah sebagian diketahui
dan sebagian belum. Bagian yang sudah diketahui akan diasimilasi, dan bagian
yang belum diketahui akan menimbulkan modifikasi dalam struktu kognitif anak.
Modifikasi ini disebut akomodasi, yang dapat disamakan dengan belajar.
Jadi,
menurut Piaget, pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang
bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan
pertumbuhan intelektual. Untuk menciptakan pengalaman ini, guru harus tahu
level fungsi struktur kognitif siswa. Piaget (kaum kognitif) dan kaum
behaviorisme, menyimpulkan bahwa pendidikan harus diindividualisasikan. Piaget
mendapatkan kesimpulan ini dengan menyadari bahwa kemampuan untuk mengasimilasi
dan bervariasi dari anak ke anak yang lain dan bahwa materi pendidikan harus
disesuaikan dengan struktur kognitif anak. Behavioris mendapatkan kesimpulan
dengan menyadari bahwa penguatan haruslah kontingen (bergantung) pada perilaku
yang tepat, dan penyaluran penguat yang tetap membutuhkan hubungan tatap muka
antara satu guru dengan satu murid atau antara murid dan materi pendidikan.
1.Kondisi
Optimal untuk Belajar
Jika
sesuatu tak bisa diasimilasikan ke dalam struktur kognitif organisme, ia tak
dapat bertindak sebagai stimulus biologi. Sehingga struktur kognitif
menciptakan lingkungan fisik (jasmani). Saat struktur kognitif semakin meluas,
lingkungan fisik teratikulasikan dengan lebih baik. Demikian pula, jika sesuatu
sangat jauh dari struktur kognitif organisme sehingga tidak bisa diakomodasi,
tidak akan terjadi belajar. Agar belajar optimal terjadi, informasi harus
disajikan sedemikian rupa sehingga dapat diasimilasikan ke dalam sturtuk
kognitif tersebut. Jika informasi tidak dapat diasimilasikan, maka ia tak bisa
dipahami. Tapi jika sesuatu sudah dipahami dengan sempurna, tidak diperlukan
proses belajar.
Dalam
teori Piaget asimilasi dan pemahaman mempunyai pengertian yang serupa. Sehingga
Dollard dan Miller mengistilahkannya sebagai “dilema belajar”, yang menunjukkan
semua proses belajar bergantung pada kegagalan. Menurut Piaget, kegagalan
pengetahuan sebelumnya untuk mengasimilasikan suatu pengalaman akan menyebabkan
akomodasi, atau proses belajar baru. Pengalaman harus cukup menantang agar
memicu perkembangan kognitif. Sekali lagi, pertumbuhan akan terjadi jika hanya
asimilasi terjadi.
Piaget
mendukung hubungan tatap muka (satu-satu) antara guru dan murid dalam
pembelajaran. Dengan alasan seseorang harus menentukan jenis struktur kognitif
apa yang tersedia bagi individu dan pelan-pelan mengubah struktur ini sedikit
demi sedikit.
Piaget
sering dianggap nativis yang percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi
sebagai hasil dari kematangan biologis, namun anggapan ini tak sepenuhnya
benar. Ia percaya bahwa pendewasaan hanya menyediakan kerangka untuk
perkembangan intelektual. Selain itu, ada pula pengalaman fisik maupun sosial
yang sangat penting bagi perkembangan mental.
Pada
tahun 1958 Piaget dan Inhelder mengemukakan “pendewasaan sistem syaraf tak bisa
melakukan lebih dari penentuan totalitas kemungkinan dan kemustahilan pada
tahap tertentu. Lingkungan sosial tertentu jelas tidak bisa diabaikan agar
kemungkinan-kemungkinan dapat direalisasikan. Realisasi ini dapat dipercepat
atau diperlambat oleh fungsi kultural dan kondisi pendidikan”.
Piaget
juga mengatakan “manusia sejak lahir sudah berada dalam lingkungan fisik dan
sosial yang mempengaruhinya. Masyarakat dalam pengertian lebih dari sekedar
lingkungan fisik dan lingkungan sosial bisa mengubah struktur dasar individu,
sebab ia bukan hanya individu untuk mengenali fakta, tapi juga memberinya
sistem tanda yang sudah siap, yang akan memodifikasi pemikirannya, lingkungan sosial
akan memberinya nilai-nilai baru dan menetapkan serangkaian kewajiban
kepadanya”.
Pada
tahun 1979 Ginsburg dan Opper meringkas pendapat piaget bahwa perkembangan
kognitif yang dipengaruhi oleh warisan bawaan, sebagai berikut:
a.Struktur
fisik bawaan (sistem syaraf) membatasi fungsi intelektual.
b.Reaksi
behaviorial bawaan (refleks) mempengaruhi tahap awal kehidupan manusia
namun setelah itu dimodifikasi besar-besaran setelah bayi berinteraksi dengan
lingkungannya.
c.Pendewasaan
struktur fisik
mungkin memiliki korelasi psikologis (ketika otak menjadi matang sampai titik
dimana perkembangan bahasa dimungkinkan). Dan seperti yang kita ketahui bahwa
equilibrasi atau tendensi mencari harmoni antara diri dengan lingkungan, juga
merupakan bawaan.
Menurut
Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
2.Kontribusi
Teori Piaget dalam Belajar
Berbeda
dengan teori belajar lain seperti yang telah kita pelajari, Piaget tidak mudah
dikategorikan sebagai teoritisi penguatan, atau teoretisi kontinguitas. Seperti
para periset lainnya yang secara longgar disebut sebagai aliran kognitif, dia
mengasumsikan bahwa belajar terjadi kurang lebih secara kontinu dan belajar
melibatkan akuisi informasi dan representasi kognitif dari informasi itu.
Kontribusi unik Piaget dalam perspektif umum ini adalah ia telah
mengidentifikasi aspek kualitatif dalam belajar. Secara spesifik, aspek
asimilasi dan akomodasinya mengidentifikasi dua tipe pengalaman belajar.
Keduanya adalah proses belajar, keduanya melibatkan akuisi dan penyimpanan
informasi. Namun asimilasi adalah jenis belajar yang statis, dibatasi oleh
struktur kognitif yang ada; akomodasi adalah proses pertumbuhan progresif dari
struktur kognitif yang mengubah karakter dari semua proses belajar selanjutnya.
3.
Cara Anak Belajar
Piaget
menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan
dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, pemahaman anak tentang objek
melalui asimilasi dan akomodasi. Jika kedua proses tersebut terjadi terus
menerus, membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan
cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui
interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar
anak dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua
hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi
dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
4.
Dampak Belajar
Kurikulum-pendidik
harus merencanakan kurikulum sesuai dengan tahapan perkembangan yang
meningkatkan pertumbuhan logis dan konseptual siswa.
Instruksi-Guru
harus menekankan peran penting bahwa siswa belajar dengan pengalaman atau
interaksi dengan lingkungan sekitarnya (bermain). Sebagai contoh, instruktur
harus mempertimbangkan peran konsep dasar, seperti obyek permanen, bermain
dalam membentuk struktur kognitif.
5.Langkah-langkah
dalam Pembelajaran menurut Piaget
Pengetahuan
dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.
Pengetahuan yang dibangun ada tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik,
logika-matematika dan sosial.
Belajar
pengetahuan meliputi tiga fase, yaitu fase eksplorasi (siswa mempelajari gejala
dengan bimbingan), pengenalan konsep (siswa mengenal konsep yang ada
hubungannya dengan gejala), dan fase aplikasi konsep (siswa menggunakan konsep
untuk meneliti gejala lebih lanjut).
Empat
langkah pembelajaran:
a.Menentukan
topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri dengan dibimbing dengan beberapa pertanyaan:
1)
Pokok bahasan apakah yang cocok untuk eksperimentasi?
2)
Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi kelompok?
3)
Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara fisik sebelum
secara verbal?
b.Memilih
atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut yang dibimbing dengan
pertanyaan:
1)Apakah
aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan eksperimen?
2)Dapatkah
kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?
3)Dapatkah
siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam mengikuti kegiatan di kelas?
4)Apakah
masalah tersebut merupakan masalah yang dapat dipecahkan atasa dasar
pengisyaratan perseptual?
5)
Apakah kegiatan itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?
6)Dapatkah
kegiatan siswa itu memperkaya konstruk yang sudah dipelajari?
c.
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk memberikan pertanyaan yang
menunjang proses pemecahan masalah, yang dibimbing dengan pertanyaan:
1)
Pertanyaan lanjut yang memancing berfikir seperti “bagaimana jika”?
2)
Membandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan pertanyaan spontan?
d.
Menilai pelaksanaan kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi,
yang dibimbing dengan pertanyaan:
1)
Segi apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siawa yang besar?
2)
Segi kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?
3)
Apakah aktivitas itu memberikan peluang untuk memberikan siasat baru dipelajar
untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari?
4)
Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih lanjut?
5).Secara
singkat Piaget menyarankan agar pembelajaran, guru memilih masalah yang berciri
kegiatan prediksi, eksperimentasi, dan eksplanasi.
6).Peran
Latihan dan Pengalaman Menurut Piaget, perkembangan kognitif bukan hanya
sekedar kematangan pemikiran seseorang adalah “latihan dan pengalaman”.
Latihan
berpikir, merumuskan masalah, dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan
akan membantu seseorang dalam mengembangkan pemikirannya dan inteligensinya.
Semakin banyak dan sering seorang anak dalam memecahkan masalah matematika, ia
akan semakin mengerti dan mengembangkan cara berpikirnya. Piaget membedakan dua
macam pengalaman:
a.
Pengalaman
fisis, terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi
untuk mengabstraksi sifat-sifatnya. Misalnya, pengalaman melihat dan mengamati
akan mampu mengabstraksikan sifat-sifat anjing yang pada tahap selanjutnya
membantu pemikiran itu tentang anjing.
b.
Pengalaman
matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat
tindakan-tindakan terhadap objek tersebut. Misalnya, pengalaman penjumlahan
atau pengurangan benda akan membantu pemikiran akan operasi pada benda itu.
c.
Dalam
pengalaman ini, bukan sifat-sifat objeknya yang diambil, melainkan sifat-sifat
objeknya terhadap tindakan terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu Piaget
menekankan bahwa dalam proses belajar penekanan terbesar adalah lebih kepada
siswa. Menurut Piaget, pengetahuan itu dibentuk sendirinya oleh murid dalam
berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Kegiatan murid
dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting dalam
sistem Piaget ini. Proses belajar harus dapat membantu dan memungkinkan murid
mengkonstruksi pengetahuannya. Oleh sebab itu kegiatan belajar harus
memungkinkan murid mengalami berbagai pengalaman itu dan bertindak terhadap
pengalaman-pengalaman tersebut.
G.Implementasi
Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran
1
.Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti
dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1.
Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.
Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas
Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3.
Tidak menekankan pada praktek – praktek yang diarahkan untuk menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam
pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh
guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar
merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan
dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu,
stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya
tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan
kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar
merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga
tahapan yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Kompleksitas
pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan
terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja
tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan
stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif
perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini
disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif
dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.
B.Saran
Saran
yang dapat diberikan adalah kegiatan pendidikan yang diberikan kepada seseorang
harus sesuai dengan umurnya. Penulis juga mengharapkan adanya kritikan yang
dapat diberikan untuk memperbaiki makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Suparno,
P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kosinus.
http://www.google.com
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html
http://www.psikologizone.com/favicon.ico/Teori
Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget/
Komentar
Posting Komentar